Saat Ini, Ini yang Saya Pilih




Saat ini, inilah yang saya pilih.

Terjun hingga hampir tenggelam dalam kehidupan yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya.
Jauh dari harapan dan cita - cita saya.
Tapi untuk saat ini, 
Inilah harapan saya. 
Inilah kehidupan saya. 
Disini lah saya banyak berdoa dan meminta.
Banyak dapat bahagia, serta banyak turun air mata.


Dalam catatan kali ini, saya tak akan menggunakan puisi untuk mengisi baris demi barisnya (hehe). Hanya sedikit cerita saya yang masih asyik di dunia yang lain. Dunia yang penuh kejutan.

Menjadi seorang perempuan tentu ingin terlihat anggung dan cantik dalam setiap saatnya. Yaa begitu pula saya. Begitu bersih dan terawat namun tetap gagah (elegant). Dibalut busana yang feminim dan cantik setiap hari. Berpijak dengan sepatu kaca indah berlenggak lengkok diatas lantai yang mengkilap. Bertemu banyak orang. Hidup dalam daerah "wanita banget". 
Ini impian saya sejak kecil.

Tapi, Allah bercerita lain.
Saya harus menjadi seperti yang sekarang ini, untuk saat ini.  



Seorang Sipil, 
Seorang Kontraktor,
dan saya
Seorang Perempuan..

Jauh bukan dari yang saya impikan tadi di baris awal?
Bahkan berlawanan keadaannya.
Berkecimpung di dunia laki - laki setiap harinya, membuat saya berteman dengan laki - laki juga.


Walaupun saya lebih senang memanggil mereka bukan dengan panggilan kawan, melainkan "bapak".
Mereka Orang Tua saya.
Mengajarkan saya merangkak berkarier dari 0.
Menceritakan banyak hal yang membuat saya termotivasi
Menasehati, agar saya tak pernah mudah menyerah dalam kerasnya kehidupan di dunia yang saya lakoni.
Melindungi saya saat musuh berdatangan menyerang.
Membuat saya sadar pula, bahwa saya perempuan yang harus pandai menjaga diri saya.


Mereka kawan saya,
Kawan baru,
Yang membuat saya tahu arti luas.
Yang membuat saya tahu arti pulang.
Yang membuat saya tahu arti rindu.
Yang membuat saya tahu arti belajar.

Semua yang dikisahkan "Orang Tua" saya sebelumnya, saya temenukan saat saya bertemu mereka..



Menjadi perempuan dikerumunan laki - laki terkadang menjadi kebanggaan tersendiri untuk diri saya. namun tak jarang juga saya dipandang bodoh oleh beberapa orang. Membuat mental saya kuat, muka saya tebal, dan bahkan hidup berasa tertatar.

Mungkin, Allah lebih senang melihat saya menjadi perempuan yang tak seperti perempuan biasanya. Allah lebih senang melihat saya berjuang. Dan Allah juga lebih senang melihat saya berusaha menjaga diri saya. Allah lebih senang saya menggangtungkan kejadian setiap harinya hanya pada Dia, bukan pada rencana saya lagi.

Sebenarnya yang menjadi tantangan berat untuk hati saya.
"menjaga apa yang HARUS saya jaga".

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer